December 10, 2017

[Review Anime] Nagi no Asukara


Jujur saja, anime ini awalnya tidak menarik perhatian saya sama sekali. Melihat karakter utamanya yang mirip Taichi di Digimon, serta melihat sinopsis serta posternya yang ada di MAL, saya langsung menarik kesimpulan bahwa anime ini tidak akan memberikan feel yang berarti. Tapi ternyata semua itu langsung berubah saat negara api menyerang–eh bukan. 

Judul : Nagi no Asukara
Tanggal Rilis : 3 Oktober 2013
Episode : 26
Durasi : 23 Menit per Eps
Genre : Drama, Fantasy, Romance
Sumber Cerita : Original
Studio : P.A. Works

Sinopsis
Dahulu kala, umat manusia hidup di kedalaman lautan. Tapi mereka mengiginkan hidup di daratan dan merekapun mulai meninggalkan lautan, mereka membuang alat yang dibuat Dewa Laut untuk membuat mereka bisa hidup di dalam laut. Pemahaman manusia yang hidup di laut dan di daratan menjadi berbeda, tergantung tempat tinggal mereka, dan dengan waktu yang terus berjalan, mereka melupakan kalau mereka pernah hidup bersama. Kisah ini mengisahkan kehidupan daratan dan lautan. seseorang yang bernama Hikari Sakishima dan Manaka Mukaido merupakan teman masa kecil yang tinggal di lautan. Saat sekolah mereka mulai ditutup, mereka terpaksa dipindahkan ke sekolah yang ada di daratan, karena hal itu, kehidupan mereka mulai mendapat sesuatu yang baru. 

Jalan Cerita
Nagi No Asukara atau biasa disingkat dengan NagiAsu mengambil latar tempat berupa dunia fantasi di mana manusia yang hidup terbagi atas dua, yaitu manusia daratan yang tinggal di daratan Oshiohsi(sebuah daerah pesisir yang paling dekat dengan dunia lautan), dan manusia lautan yang tinggal di lautan Shioshishio(yang diperkirakan sebagai desa terakhir yang diisi oleh manusia laut). Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian manusia yang tinggal di laut mulai mencoba meninggalkan kehidupan di lautan dan bermigrasi pindah ke daratan dan tinggal di sana. Cerita bermula saat sekolah menengah di lautan ditutup dengan alasan tertentu, sehingga membuat 4 sekawan anak lautan, yaitu: Hikari; Manaka; Kaname dan Chisaki harus melanjutkan sekolahnya di SMP yang ada di daratan. Tentu saja mereka masih sulit beradaptasi, karena mereka memiliki Ena (suatu lapisan khusus di kulit manusia lautan sehingga mereka bisa hidup di dalam laut) yang tidak boleh kering karena bisa menyebabkan mereka kesulitan untuk bernapas. Selain itu, manusia laut yang ada di darat juga sering didiskriminasi sehingga antara manusia laut dan manusia darat sulit untuk hidup berdampingan di daratan. Seiring berjalannya episode, mulai banyak timbul konflik yang saya akui sangat berbeda dari anime kebanyakan. Meskipun tetap mengambil tema romance yang penuh dengan tentang permasalahan cinta, tapi NagiAsu ini memiliki keunikan tersendiri dalam meramu konflik cinta yang muncul. Saya sendiri masih terkagum-kagum dengan Project-118 (penulis skrip anime ini, karena sepertinya anime ini tidak diadaptasi dari manga), yang membuat nuansa cinta di anime ini berbeda dari kisah cinta yang ada. Kelihatan tidak mungkin terjadi di dunia nyata, tapi tetap mampu dibalut dengan realistis.

Karakter
Seperti yang sudah saya bilang berulang-ulang, NagiAsu ini sangat berbeda dari anime kebanyakan. Biasanya, untuk anime romance yang pasti tidak memiliki episode panjang, kita sudah dapat menebak seperti apa akhir kisah dari tiap masing - masing karakter. Tapi NagiAsu ini malah memiliki cerita yang berbeda. Tidak ada tokoh protagonis dalam anime ini. Semua tokoh mendapatkan porsi masing - masing yang pas dalam anime ini. Kredit lebih diberikan kepada Hikari, sebagai penerus dari kepala desa Shioshishio yang pasti memiliki konflik khusus dalam dirinya tentang hubungan antara lautan dan daratan. Sesuatu yang fantastis untuk anime yang berepisode 26. Secara pribadi, untuk urusan karakter sudah diakui bahwa setiap anime, manga ataupun light novel yang dibuat pasti memiliki ciri pribadi. Hikari punya ciri khas, begitu pula Manaka, Chisaki, Kaname dan tokoh - tokoh pendukung lainnya. Tapi, seperti yang saya bilang di awal, bahwa anime ini awalnya tidak menarik perhatian saya. Ketika saya menonton dua episode awal, plot yang berjalan terasa cukup lambat. Hal itu membuat saya meninggalkan anime ini untuk seminggu, dan malah memilih untuk menonton anime lain. Namun semua itu malah berubah ketika mulai menonton episode 5 ke atas, di mana konflik mulai bertaburan dan mulai seru untuk diikuti. 

Art

Visual yang diberikan anime ini benar - benar luar biasa. Suasana lautan Shioshishio yang sudah pasti indah ternyata bisa dibuat lebih indah dan teduh dari yang ada. Ditambah lagi suasana pesisir Oshiohshi yang tak kalah indah. Tidak jarang scene yang diambil menampilkan pemandangan langit dan lautan lepas yang tampilannya mirip kutub, sehingga menimbulkan keteduhan saat menontonnya. Belum lagi saat scene tomoebi yang sangat indah. Apa itu tomoebi? Tonton aja animenya. Selain pemandangan dan latar belakang yang indah banget, saya juga suka banget dengan penggambaran mata yang dibuat di anime ini. Baik itu mata manusia laut sampai ke mata penduduk daratan. Rasanya saya tidak bisa berkomentar banyak tentang visual dari anime ini. Baik secara objektif maupun subjektif.

Ost
Untuk urusan suara, anime ini juga melakukannya dengan pas. Tidak ada tokoh yang suaranya terkesan keluar jalur dari perawakan tokohnya. Semua tokoh memiliki posisi suara yang pas, dan setiap seiyuu berhasil memainkan perannya dengan baik. Intinya, selain tidak lari dari perawakan tubuh sang tokoh, suara dari setiap tokoh juga menunjukkan watak dari setiap karakter. Untuk soundtrack, well saya sendiri sangat menyukai soundtrack Opening kedua dari anime ini. Secara teknikal, soundtrack Opening pertama (episode 1-13) terasa kurang pas untuk anime ini. Mungkin mereka lebih mencoba untuk memberikan dukungan kepada cerita, dengan memberikan sesuatu yang sedikit lebih ceria, mendukung dari karakter Manaka. Berbeda dengan Ending pertama yang menggunakan sesuatu yang lebih mellow sebagai tanda perpisahan per episode. Di Opening kedua (episode 14-26), hawa yang lembut dan sangat halus terasa sangat mendukung emosi cerita yang ada. Ditambah lagi adanya puisi yang ada di bagian soundtrack. Semua dilengkapi dengan visual opening yang teduh dengan tema biru laut yang buat saya speechless liatnya. Rasanya itu adalah Opening anime terbaik yang pernah saya liat. Menutup episode, soundtrack yang sedikit menggebu cukup menggugah selera musik yang ada.

Overall
Jalan Cerita : 10 / 10
Karakter : 9 / 10
Art : 10 / 10
Ost : 9.8 / 10
Nagi no Asukara : 9.7 / 10

Khusus untuk anime ini, saya tidak pernah ketiduran saat menontonnya. Plot yang digantung tidak hanya dalam dua episode saja. This anime has twisted ending, bro! Pokoknya, semua rahasia cerita yang dibangun dari episode pertama terjawab di episode akhir. Gak ada ceritanya yang terungkap di tengah - tengah. So, wajar saja kenikmatan menonton anime ini tidak akan habis sampai akhir. Klimaks yang ditampilkan cukup memuaskan. Jadi, tidak ada penyesalan saat memutuskan untuk menonton anime ini secara maraton setiap malam. Belum lagi aura visual yang luar biasa, yang membuat mata melek saat menontonnya.

Next

Related


EmoticonEmoticon